PERJALANAN MENUJU 23 TAHUN



Proses setengah matang.
seperti itu aku menyebut diriku.

Menginjak awal 20 tahun tidak ada yang berubah dalam hidupku,
semua terasa sama.
karena aku masih duduk di bangku kuliah.

Perkuliahanku berlalu,
mulailah aku mengubah statusku...
dari pelajar menjadi karyawan swasta.

Mulailah aku dari hal kecil,
tidak merengek jajan lagi ke orangtua,
tidak satu tunjangan kesehatan lagi bersama orangtua,
dan ini yang paling berat...
di pertemukan dengan lelaki yang bukan lagi mengajak menjadi kekasih hati,
tapi kekasih hidup selamanya.

Berat untukku,
karena permasalahannya bukan hanya karena cinta, bosan lalu putus.
tapi banyak satu dan lain hal yang kini menjadi pertimbanganku.
bukan lagi memikirkan perasaan ku sendiri,
tapi keluargaku dan keluarganya.

Aku setengah matang.
Di usia ku yang baru saja lulus kuliah dan merasakan kerja beberapa tahun,
rasanya masih senang sekali menikmati masa-masa baru.

Tapi...
setiap kali aku bertemu dengan lelaki...
yang ditawarkannya adalah pernikahan.

Entah apa yang aku rasakan selain rasa takut.
Aku takut menikah.
Aku takut menjalani hidup berdua..
Aku takut menghancurkan hati keluargaku.

Terkadang, aku juga merasa...
umurku masih 22 tahun, ngapain sih nikah buru-buru?
Tapi...
Terkadang pula, aku juga berfikir...
Udah kerja, udah punya orang yang disayang. terus mau apalagi?

Menurutku, nikah bukan hanya perihal "Aku sayang kamu"
bukan juga perihal "Aku udah punya rumah"
dan apalagi...
bukan cuma perihal "Aku udah pengen banget punya anak"
dan jahatnya lagi...
bukan cuma perihal bosan ditanya "Kapan nikah?"

Tapi pernikahan emang harus dilandaskan kesiapan.
Siap lahir dan batin.
Memang, tidak ada orang yang siap 100% untuk menikah.
Tapi aku?
Bahkan 10% nya aja pun masih nggak ada.

Lebih bimbangnya lagi,
yang aku rasa umurku setengah matang.
dibilang untuk dewasa dan siap untuk menikah, untuk mengakuinya pun..
aku malu.
dibilang masih anak kecil, juga aku bukan lagi anak kecil.
Tapi,
aku pun masih belum tau condong ke siapa hati ini.
aku pun belum tau siap atau tidak nya menikah itu bagaimana.
bahkan,
aku masih nggak tau untuk apa menikah ketika sendiri aja udah bikin bahagia?

Aku pernah mencintai seseorang..
dan entah kenapa aku yakin untuk menikah dengannya.
aku merasa diriku sudah siap lahir batin untuknya.
Tapi aku salah,
Aku meyakinkan diriku bahwa dia yang terbaik,
dan lupa..
bahwa tujuan ku menikah harusnya karena-Nya bukan dirinya.


Jakarta, 18 Maret 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TITIK LEMAH

Istirahatku Obat Untukmu.

Titik 0